Adzan
telah dikumandangkan dan matahari telah terbenam, aku mulai memanjatkan doa
pada yang Maha
kuasa.
Tak terasa hampir 3 tahun di kota kalong ini,
jauh dari kampungku di pedalaman desa merasakan setiap detik demi detik udara.
Numpang disalah satu rumah kerabat untuk menjangkau lokasi sekolah agar lebih
dekat, dan bekerja untuk menutupi biaya sekolah, aku sangat bersyukur bisa
tinggal dirumah ini yg membuatku tidak terbebani akan
biaya sewa rumah, tapi tinggal dirumah ibu toko bukanlah hal yang sulit, tapi
itu yang terasa “anre temmasipaa tinro temmanyameng”...
Ada rasa was-was dan takut yang menggeluti ketika suatu hal
akan kulakukan, tugasku membantu membersihkan
rumah, menjaga toko, mempersiapkan makanan dan mengerjakan semuanya. Sangat sulit bagiku untuk dapat membagi waktu untuk
pelajaran di sekolah, bukan hanya itu hanya sesekali aku biasa bertemu dengan
kedua orang tuaku bahkan jarang, setiap kali aku ingin pulang untuk melepas
rindu tapi langkahku dihentikan
“ tetaplah dirumah” Aku
hanya terdiam dan meresapinya dalam-dalam, ingin rasanya melihat wajah ibu dan
ayah tersenyum seakan memberiku energi
untuk tetap semangat dan bersyukur menjalani semua ini.
Tinggal beberapa bulan lagi awal dari perjuangan
akan ku lalui ujian Nasional, aku harus bisa berawal dari sini masih banyak hal
yang harus ku perjuangkan untuk membahagiakan mereka terkadang aku menyesal, kenapa aku tidak
dilahirkan lebih dahulu? sedang diusia orangtuaku yg
kini mulai lanjut, aku baru mengejar pendidikan dan belum focus bekerja, air
mataku menetes, melewati pipi dan jatuh menerpa kerudung yang kukenakan,
kumengusapnya aku merasa tidak berhasil
dengan semua ini uang saku yg ku tabung untuk mereka ketika aku pulang kadang
tak cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka, dan yang membuatku terasa
perih ketika makananku disini tercukupi dengan lengkapnya sedangkan orangtuaku
hanya ikan kering dan garam yang dengan lahapnya masuk di tenggorokannya.
Semua itu mengajarkanku akan bagaimana hidup
mandiri dan terus ingin berjuang untuk mereka tercinta dan mensyukurinya. ini hanya
awal dari puncak aku harus berjuang untuk meraihnya. Keputusan yang begitu
menentukan kedepannya, aku ingin kuliah tapi tidak semudah ucapan, tabunganku
tidak cukup untuk itu aku ingin masuk di Universitas itu yang sudah lama kudambakan.“ tinggallah terus disini merawat semuanya kami
akan menanggung biaya kuliahmu “ kata ibu toko
Ucapan itu selalu mengusikku dia ingin
menguliahkanku di sekolah tinggi yang jarak dari rumah hanya 200 meter. kampus yang
alumninya sebagian besar menganggur dan merantau. Pendirianku mulai memudar
mendengar kata itu seakan harapan yang selama ini akan sirna begitu saja dan
harus pasrah mengikuti ucapan itu. Entah bagaimana persoalan ini hatiku sangat
kuat untuk masuk di universitas itu ketika diriku mulai lelah dan akan pasrah
seakan doaku terjawab...
Allah telah mengirimkanku sesosok itu untuk
meyakinkan akan keputusanku. setelah kedatangannya motivator muda mentransferkanku
sebuah energi yang sangat luar biasa yang membuatku percaya kalau aku bisa
melakukannya meskipun aku meninggalkan rumah ini dan memilih jalan untuk kuliah
di universitas yang biayanya dari 50
rupiah harus kucari sendiri. Aku
akan mencoba bekerja sambil kuliah akan ku tanamkan itu dalam diriku harapan,
usaha, dan doa serta kuselesaikan dengan semaksimal mungkin dan bekerja untuk
memenuhi kebutuhan. aku ingin berkumbul bersama di rumah sederhana..Ibu, Ayah,
Kakak, Aku dan adikku tertawa lepas, dengan keserdehaan yang tercukupi dengan
upah hasil keringatku.
kodong, bgitulah hidup klw tinggal dirumah orang lain, tpi semua itu jauh lebih besar maknanya.
BalasHapusLuarbisa
HapusUntuk mencapai hal-hal yang lebih besar maka kita buth perjuangan yg lbh besar pula...semangat !!
BalasHapusiya kakak selalu semangat dan optimis dimana ada kemauan pasti ada jalan..aaaamiiiiieeeeennnnn............
BalasHapus